Debora Simanjorang, bayi berusia empat bulan meninggal dunia karena diduga lambannya pelayanan kesehatan lantaran keterbatasan dana orang tuanya. Debora kembali ke pangkuan sang pencipta, Pekan (3/9) minggu lalu sesudah berjuang sekitar enam jam di ruang gawat darurat Rumah Sakit Mitra Keluarga Kalideres, Jakarta Barat.
Kejadian pilu ini diceritakan pemilik akun Facebook Birgaldo Sinaga dalam statusnya. Birgaldo, menuturkan bahwa Debora sesak napas dini hari. Kedua orang tuanya Henny Silalahi dan Rudianto Simanjorang ke Rumah Sakit Mitra Keluarga Kalideres, Jakarta Barat.
Birgaldo mengaku mendapat cerita segera dari Henny sesudah sebelumnya menghubunginya lewat pesan Facebook.
Dari penuturan Henny kepada Birgaldo, sebelum sesak napas malam itu, Debora batuk berdahak. RS Mitra Keluarga dipilih karena paling dekat dengan tempat tinggal Debora.
Sekitar pukul 03.40 WIB, Debora tiba di instalasi gawat darurat rumah sakit tersebut. Dia segera ditangani dokter jaga IGD. Dokter dikala itu memberi Debora obat pengencer dahak.
Sekitar 30 menit kemudian, dokter memanggil kedua Rudianto dan Henny. “Hasil diagnosa, dokter mengatakan si bayi Debora harus segera dibawa ke ruang PICU (Pediatric Intensive Care Unit), kondisinya memburuk,” tulis Birgaldo.
Debora harus segera dimasukan ke ruang khusus perawatan intensif untuk bayi itu guna mendapat pertolongan optimal. Demi keselamatan si buah hati, Rudianto dan Henny setuju. Tapi untuk dapat masuk ke ruang tersebut, kata Birgaldo, uang muka Rp19,8 juta harus disediakan.
Kartu BPJS Kesehatan yang dimiliki tak dapat diaplikasikan karena rumah sakit swasta itu tak punya kerja sama.
Orang tua Debora kebingungan lantaran dikala itu mereka sama sekali tak membawa uang. Rudianto segera ke ATM untuk mengais sisa-sisa tabungannya. Uang Rp5 juta dia kantongi. Tapi rumah sakit tetap tak memperbolehkan Debora dibawa ke ruang khusus PICU karena uang ayahnya masih jauh dari kata cukup.
Orang tua Debora kemudian berusaha mencari rumah sakit yang berprofesi sama dengan BPJS supaya buah hatinya dapat dirawat ke ruang PICU. Tapi ruangan yang dievaluasi dapat menyelematkan nyawa buah hatinya itu tak kunjung didapatkan. Sekitar 6 jam di IGD, Debora tak dapat diselamatnya. Dia diucapkan meninggal sekitar pukul 10.00 WIB.
Berkaitan dugaan lambannya pelayanan kesehatan karena tarif ini, RS Mitra Keluarga Kalideres sudah angkat suara. Dalam keterangan laman sah, rumah sakit menyatakan, Debora masuk ke rumah sakit dalam situasi tak sadar dan tubuh membiru. “Pasien dengan riwayat lahir prematur, riwayat penyakit jantung turunan dan situasi gizi kurang bagus”.
Penanganan segera dikerjakan diantaranya dengan penyedotan lendir, pemompaan oksigen, infus, suntikan dan pengencer dahak. Seteah ditangani, situasi Debora dikala itu membaik walaupun masih sangat kritis.
Rumah sakit kemudian menyarankan supaya Debora dibawa ke ruang khusus berikut tarif yang harus dikeluarkan.
“Ibu pasien mengurus ke komponen administrasi, digambarkan oleh petugas perihal tarif rawat inap dan ruang khusus ICU, tapi ibu pasien menyatakan keberatan mengingat situasi keuangan,\\\" demikian tertulis di keterangan sah rumah sakit.
Rumah sakit kemudian membantu mencari rumah sakit yang berprofesi sama dengan BPJS supaya Debora dapat dipindahkan dan dirawat ke ruang khusus.
Sekitar pukul 09.15 WIB, rumah sakit mendapat konfirmasi bawah ada rumah sakit berprofesi sama dengan BPJS dan punya ruang khusus untuk perawatan intensif si kecil. Koordinasi antardokter segera dikerjakan untuk mengenal situasi bayi Debora. Tapi dikala koordinasi dikerjakan, perawat memberitahukan bahwa situasi Debora memburuk.
Dokter segera berperilaku. “Setelah melakukan resusitasi jantung paru selama 20 menit, semua upaya yang dikerjakan tak dapat menyelamatkan nyawa pasien\\\".
Kejadian pilu ini diceritakan pemilik akun Facebook Birgaldo Sinaga dalam statusnya. Birgaldo, menuturkan bahwa Debora sesak napas dini hari. Kedua orang tuanya Henny Silalahi dan Rudianto Simanjorang ke Rumah Sakit Mitra Keluarga Kalideres, Jakarta Barat.
Birgaldo mengaku mendapat cerita segera dari Henny sesudah sebelumnya menghubunginya lewat pesan Facebook.
Dari penuturan Henny kepada Birgaldo, sebelum sesak napas malam itu, Debora batuk berdahak. RS Mitra Keluarga dipilih karena paling dekat dengan tempat tinggal Debora.
Sekitar pukul 03.40 WIB, Debora tiba di instalasi gawat darurat rumah sakit tersebut. Dia segera ditangani dokter jaga IGD. Dokter dikala itu memberi Debora obat pengencer dahak.
Sekitar 30 menit kemudian, dokter memanggil kedua Rudianto dan Henny. “Hasil diagnosa, dokter mengatakan si bayi Debora harus segera dibawa ke ruang PICU (Pediatric Intensive Care Unit), kondisinya memburuk,” tulis Birgaldo.
Debora harus segera dimasukan ke ruang khusus perawatan intensif untuk bayi itu guna mendapat pertolongan optimal. Demi keselamatan si buah hati, Rudianto dan Henny setuju. Tapi untuk dapat masuk ke ruang tersebut, kata Birgaldo, uang muka Rp19,8 juta harus disediakan.
Kartu BPJS Kesehatan yang dimiliki tak dapat diaplikasikan karena rumah sakit swasta itu tak punya kerja sama.
Orang tua Debora kebingungan lantaran dikala itu mereka sama sekali tak membawa uang. Rudianto segera ke ATM untuk mengais sisa-sisa tabungannya. Uang Rp5 juta dia kantongi. Tapi rumah sakit tetap tak memperbolehkan Debora dibawa ke ruang khusus PICU karena uang ayahnya masih jauh dari kata cukup.
Orang tua Debora kemudian berusaha mencari rumah sakit yang berprofesi sama dengan BPJS supaya buah hatinya dapat dirawat ke ruang PICU. Tapi ruangan yang dievaluasi dapat menyelematkan nyawa buah hatinya itu tak kunjung didapatkan. Sekitar 6 jam di IGD, Debora tak dapat diselamatnya. Dia diucapkan meninggal sekitar pukul 10.00 WIB.
Berkaitan dugaan lambannya pelayanan kesehatan karena tarif ini, RS Mitra Keluarga Kalideres sudah angkat suara. Dalam keterangan laman sah, rumah sakit menyatakan, Debora masuk ke rumah sakit dalam situasi tak sadar dan tubuh membiru. “Pasien dengan riwayat lahir prematur, riwayat penyakit jantung turunan dan situasi gizi kurang bagus”.
Penanganan segera dikerjakan diantaranya dengan penyedotan lendir, pemompaan oksigen, infus, suntikan dan pengencer dahak. Seteah ditangani, situasi Debora dikala itu membaik walaupun masih sangat kritis.
Rumah sakit kemudian menyarankan supaya Debora dibawa ke ruang khusus berikut tarif yang harus dikeluarkan.
“Ibu pasien mengurus ke komponen administrasi, digambarkan oleh petugas perihal tarif rawat inap dan ruang khusus ICU, tapi ibu pasien menyatakan keberatan mengingat situasi keuangan,\\\" demikian tertulis di keterangan sah rumah sakit.
Rumah sakit kemudian membantu mencari rumah sakit yang berprofesi sama dengan BPJS supaya Debora dapat dipindahkan dan dirawat ke ruang khusus.
Sekitar pukul 09.15 WIB, rumah sakit mendapat konfirmasi bawah ada rumah sakit berprofesi sama dengan BPJS dan punya ruang khusus untuk perawatan intensif si kecil. Koordinasi antardokter segera dikerjakan untuk mengenal situasi bayi Debora. Tapi dikala koordinasi dikerjakan, perawat memberitahukan bahwa situasi Debora memburuk.
Dokter segera berperilaku. “Setelah melakukan resusitasi jantung paru selama 20 menit, semua upaya yang dikerjakan tak dapat menyelamatkan nyawa pasien\\\".
Sangat Disayangkan Penyebab Kematian Bayi Debora di Rumah Sakit Mitra Keluarga
4/
5
Oleh
Admin